Disclaimer dulu nih: Olakses bukan tim sukses, bukan juga admin medsos Dedi Mulyadi ya. Ini murni pembelajaran dari strategi konten yang jenius, yang bisa banget diterapkan buat brand, kreator, sampe bisnis kecil yang pengin bikin orang bener-bener peduli.
“Ngide, Dihujat, lalu Dibenarkan” – Itu Strategi, Bukan Ketidaksengajaan
Di saat politisi lain tampil glossy di panggung nasional, pake pencitraan, lighting, dan narasi heroik, Dedi Mulyadi sang Gubernur Jawa Barat malah blusukan ke gang sempit, ngobrol sama anak punk, duduk sama nenek pemulung, bahkan meluk orang dengan gangguan jiwa.
Awalnya mungkin orang mikir: “Wah pencitraan gorong-gorong nih.”
Tapi yang terjadi justru sebaliknya: semakin sering dia ngide dan dihujat, semakin banyak yang merasa dia satu-satunya pemimpin yang “paham rasa.”
Dan dari sini, kita belajar: konten yang nyentuh hati = konten yang bikin trust tumbuh.

Gimana Caranya?
Mari kita bedah gaya KDM (Kang Dedi Mulyadi) bukan sebagai gaya politisi, tapi sebagai strategi branding & komunikasi figur publik.
1. Human Story is the Real Asset
KDM gak jualan “saya pejabat”, tapi dia jualan rasa.
Kontennya nunjukin cerita orang-orang yang biasanya cuma lewat di layar berita:
Bapak-bapak beranak sebelas
Nenek yang hidup sendiri di kandang
Orang gila yang dibiarkan di pinggir sawah
Ini bukan dokumenter, tapi storytelling yang deket banget sama luka kolektif kita.
Dia gak kasih solusi instan, tapi kasih panggung buat cerita mereka.
Insight buat brand: jangan buru-buru kasih diskon. Dengerin dulu. Ceritain dulu. Bikin orang ngerasa dilihat.
2. Lokalitas Sebagai Pembeda Brand
Bayangin: pake iket Sunda, ngomong pake logat kampung, ngutip cerita leluhur.
Yang lain pake filter cinematic, dia pake budaya.
Yang lain pamer prestasi, dia pamer filosofi.
Ini positioning yang kuat banget.
Dia bukan cuma “berbeda”, tapi punya akar. Dan akar itu nyambung ke rasa punya dari audiens.
Lokalitas bukan halangan buat naik kelas. Justru bikin brand lo punya rasa dan warna.
3. Kontroversi Sebagai Friksi, Bukan Drama
Isu vasektomi. Ngajak anak punk ngaji.
Kontennya gak semua manis, bahkan sering bikin orang emosi.
Tapi justru di situ Dedi bangun dialog.
Bukan cari likes, tapi ngajak mikir.
Setelah ribut? Dia muncul lagi, klarifikasi. Bukan buat defensif, tapi ngajak ngobrol lebih dalam.
Dan ini bikin trust makin nempel.
Buat marketer: jangan takut kontroversi. Takutlah kalau gak punya nilai yang bisa diuji publik.
4. Ritual Konsisten = Trust Harian
Kontennya hadir rutin. Formatnya gak neko-neko. Kadang cuma duduk di warung, ngobrol sambil makan.
Tapi audiens selalu tahu apa yang bakal mereka dapet:
ketulusan, empati, dan ajakan mikir.
Dan ini jadi ritual digital.
Kayak pelanggan nungguin brand lo update konten, bukan karena info, tapi karena rasa nyaman dan keterhubungan.
5. Klarifikasi adalah Musim Kedua
Setelah isu viral, dia gak ngilang. Dia muncul. Dia jelasin.
Dan ini bukan damage control. Ini storytelling level dua.
Kontennya berkembang, narasinya lanjut. Trust makin dalam.
Salah satu klarifikasi KDM soal penerima bansos wajib vasektomi https://www.youtube.com/watch?v=Se0xsyLXDjo.
Brand yang salah bukan brand yang gagal. Tapi brand yang kabur pas diminta tanggung jawab.
💡 Jadi Apa yang Bisa Kita Tiru?
Strategi Dedi Mulyadi | Aplikasi Buat Brand |
---|---|
Angkat cerita orang kecil | Ceritakan user lo, bukan lo doang |
Pakai lokalitas sebagai ciri khas | Temukan “logat” unik brand lo |
Konsisten tapi gak kaku | Punya karakter yang bisa ditebak & ditunggu |
Berani masuk isu sensitif | Tapi dengan empati, bukan emosi |
Klarifikasi bukan defensif | Jadikan kesalahan sebagai konten lanjut |
Buah Konsistensi Personal Branding Dedi Mulyadi
Pertumbuhan YouTube yang Konsisten dan Signifikan
Subscriber: Per Mei 2025, kanal YouTube “KANG DEDI MULYADI CHANNEL” memiliki lebih dari 7,06 juta subscriber, dengan pertumbuhan sekitar 30.000 hingga 40.000 subscriber per hari selama beberapa minggu terakhir. Youtubers.me+13NoxInfluencer+13Social Blade+13
Total Views: Video-videonya telah ditonton lebih dari 2,11 miliar kali, menunjukkan daya tarik konten yang kuat dan berkelanjutan. vidIQ
Frekuensi Upload: Dengan lebih dari 4.285 video diunggah sejak 2017, Dedi menunjukkan konsistensi dalam menghasilkan konten, rata-rata sekitar 15 video per minggu. vidIQ
Engagement Rate: Tingkat keterlibatan mencapai 5,79%, yang dianggap sangat baik untuk kanal dengan jumlah subscriber besar.
Ekspansi ke Platform Lain
TikTok: Akun TikTok resmi @dedimulyadiofficial memiliki lebih dari 6,3 juta pengikut dan 131,1 juta suka, menandakan keberhasilan dalam menjangkau audiens yang lebih muda dan beragam.
Instagram: Akun Instagram @dedimulyadi71 diikuti oleh lebih dari 3 juta pengikut, memperkuat kehadirannya di media sosial dan memungkinkan interaksi yang lebih personal dengan audiens.
Kesimpulan:
Konten bukan soal seberapa keren tampilan lo. Tapi seberapa dalam lo nyentuh rasa orang. Dan Dedi Mulyadi ngajarin kita bahwa:
Trust dibangun dari friksi yang jujur.
Branding gak harus “bersih”, tapi harus otentik.
Storytelling terbaik lahir dari rasa, bukan naskah.
Kalau lo ngerasa brand atau personal positioning lo terlalu aman sampai gak ngaruh ke siapa-siapa, mungkin udah waktunya belajar dari strategi konten ala Dedi Mulyadi.
Bukan buat cari ribut. Tapi buat bener-bener didengerin.

Bram is an SEO Specialist at Olakses with a background in Software Engineering and 10 years of experience in the field. His technical expertise and in-depth understanding of search engine algorithms enable him to develop strategies that drive organic growth and improve website performance