Pasti pernah ngerasa campaign Google Ads itu kayak lagi main tebak-tebakan keyword? Dari riset keyword super panjang, nyari exact match yang pas, sampai bikin negative keyword segunung biar budget nggak boncos.
Nah, kalau kamu masih mikir gitu, siap-siap kaget, karena “aturan main” itu lagi bergeser drastis.
Google lagi bikin revolusi di periklanan pencarian dengan apa yang kita bisa sebut AI Max Google Ads. Ini bukan cuma update minor. Ini lompatan besar yang bakal mengubah cara kita mikir tentang keyword.
Jadi, pertanyaan besarnya: Benarkah era dominasi kata kunci akan segera berakhir? Dan apa dampaknya buat kamu, para advertiser di Indonesia? Yuk, kita bedah bareng!
AI Max: Lebih dari Sekadar Pencocokan Kata Kunci
Dulu, kita kenal Google Ads itu identik sama keyword. Orang ngetik apa, iklan kita muncul.
Sesimpel itu. Tapi sekarang, Google makin canggih. Mereka nggak cuma lihat apa yang diketik, tapi kenapa mereka mengetik itu. Ini inti dari AI Max.
Bagaimana AI Memahami Niat Pengguna: Bukan Hanya Kata-kata
Bayangin gini, kamu lagi nyari “resep masakan”. Dulu, Google cuma mencocokkan kata “resep” dan “masakan”. Sekarang, dengan AI, Google bisa memahami kalau kamu mungkin lagi pengen “resep masakan simpel buat anak kos”, atau “resep masakan sehat untuk diet keto”.
AI ini menganalisis konteks, perilaku kamu sebelumnya, bahkan sinyal visual seperti dari Google Lens atau conversational search di AI Overviews.
Artinya, AI Max menggunakan machine learning untuk memahami niat dasar pengguna. Dia nggak cuma keyword-matching, tapi intent-matching. Ini jauh lebih dalam dan personal.
Nah, karena pemahaman niat ini, AI Max punya fitur “sakti” yang memungkinkan iklanmu tampil di query relevan tanpa harus ada di daftar keyword yang kamu tulis. Ini fitur “tanpa kata kunci” dan perluasan kueri yang revolusioner.
Media error: Format(s) not supported or source(s) not found
Download File: https://storage.googleapis.com/gweb-uniblog-publish-prod/original_videos/Google_AI_Max_in_Search_campaigns_Asset_4_1920x800_ZXXS3Rc.mp4?_=1Mengapa Keyword Tradisional Tidak Lagi Cukup?
Pertanyaannya, kenapa sih kita nggak bisa lagi cuma ngandelin keyword tradisional kayak dulu?
- Pencarian Makin Kompleks: Orang sekarang makin “manja” sama Google. Kita nanya pakai bahasa sehari-hari (“tempat ngopi estetik dekat sini”), atau bahkan pakai gambar (Google Lens). Daftar exact match atau phrase match yang kaku jelas akan miss banyak potensi ini.
- Keterbatasan Jangkauan: Kalau kamu cuma mengandalkan keyword yang ketat, kamu berpotensi melewatkan jutaan pencarian unik dan long-tail yang punya niat tinggi. AI Max mencoba menutup celah ini.
Dampak Transformasi: Peluang dan Tantangan Baru
Pergeseran ini tentu membawa dua sisi mata uang: peluang dan tantangan.
Peluang Emas di Era Niat Pengguna: Lebih Cuan, Lebih Santai
- Jangkauan Lebih Luas & Konversi Lebih Tinggi: Google sendiri melaporkan bahwa advertiser yang mengaktifkan AI Max di campaign Search mereka melihat peningkatan rata-rata 14% dalam konversi atau nilai konversi dengan biaya yang serupa. Bahkan, untuk campaign yang masih ngandelin exact match dan phrase match (yang notabene paling “kaku”), peningkatannya bisa sampai 27%. AI bisa menemukan customer yang sangat relevan di “celah” yang nggak kamu jamah.
- Efisiensi Operasional: Bayangin, kamu nggak perlu lagi micro-managing ribuan keyword atau placement iklan satu per satu. AI Max yang akan melakukannya untukmu. Ini berarti efisiensi waktu buat tim marketing, apalagi buat tim yang lean dan ramping. Kamu bisa fokus ke strategi yang lebih besar.
Tantangan Menjaga Kontrol di Tengah Otomatisasi
“Wah, kalau semuanya otomatis, terus kontrolnya gimana dong?”
Ini pertanyaan wajar dan jadi keluhan utama banyak advertiser, kawatir banget ads nya boncos.
Kampanye PMax yang jadi “pondasi” AI Max ini memang sering disebut “black box”.
- Transparansi “Black Box” yang Terbatas: Jujur aja, Bro, dengan AI Max, Google mengambil alih banyak keputusan. Kamu nggak bisa lagi melihat keyword apa persisnya yang memicu iklanmu muncul di setiap kasus, atau di mana iklanmu ditampilkan secara spesifik di Display Network.
- Pentingnya Sinyal Data Berkualitas: AI itu pintar, tapi dia butuh “makanan” yang bagus. Kalau conversion tracking-mu amburadul atau first-party data-mu (data pelangganmu sendiri) nggak rapi, AI akan belajar pola yang salah, dan hasilnya bisa zonk, Bro. Pastikan data kamu bersih dan akurat! Sumber: Google Ads Best Practices in 2025: Strategies to Stay Ahead of the Curve – Mastroke Blog
- Kontrol Baru: Ini penting! Kamu nggak kehilangan semua kontrol. Kontrolnya berevolusi. AI Max memberikanmu kontrol di level yang lebih strategis:
1. Keamanan Merek: Kamu bisa mengecualikan merek-merek tertentu biar iklanmu nggak muncul di query yang nggak relevan atau merugikan brand
2. Penargetan Geografis: Kamu tetap bisa tentukan niat lokasi spesifik biar iklanmu relevan.
3. Kurasi Aset: Kamu punya kuasa untuk menghapus atau memblokir aset iklan (judul, deskripsi, gambar) yang dihasilkan AI kalau dirasa nggak sesuai standar brand-mu. Pengaturan lengkapnya bisa cek disini.
Intinya, kamu nggak lagi jadi “tukang ketik keyword“, tapi jadi “pemandu dan pelatih AI”.
Kamu kasih tujuan yang jelas, data berkualitas, dan batasan yang rapi, biarkan AI yang gas ngejar goal-mu. Ini butuh mindset dan skillset baru dari para marketer.
Implikasi bagi Advertiser di Indonesia
Pergeseran ini bukan cuma teori global, ini akan sangat terasa di Indonesia.
Kesiapan Pasar Indonesia untuk Pergeseran Ini
Pemerintah Indonesia sendiri punya komitmen kuat untuk jadi pusat inovasi AI regional di 2045. Ini sejalan dengan visi “Indonesia Emas 2045”.
Artinya, lingkungan bisnis kita akan semakin akrab dengan AI. Riset juga nunjukkin kalau konsumen Indonesia relatif lebih “santai” dan reseptif sama iklan yang dihasilkan AI dibanding negara lain. Jadi, pasar kita cukup terbuka.
Tantangan Kualitas Data & Integrasi Lokal
Meski niatnya bagus, ada tantangan. Banyak perusahaan di Indonesia yang masih ngerasa kualitas data dan integrasi solusi AI itu jadi ganjalan utama. Belum lagi kesenjangan pemahaman AI di kalangan karyawan.
Peran Baru Digital Marketer & Agensi (Termasuk Olakses)
Kalau dulu digital marketer disibukkan dengan micro-management keyword, sekarang perannya bergeser:
- Dari Keyword Manager jadi Data Strategist: Memastikan data first-party akurat dan memberikan sinyal audiens yang kuat ke AI.
- Dari Ad Copy Writer jadi Creative Curator: AI bisa bikin copy, tapi kamu yang harus memastikan aset (judul, deskripsi, visual) yang kamu berikan beragam dan berkualitas tinggi, serta mengkurasi hasil AI.
- Dari Campaign Manager jadi AI Trainer & Overseer: Kamu yang melatih AI dengan tujuan bisnis jelas, menganalisis hasil (walaupun terbatas), dan mengidentifikasi peluang baru.
- Sinergi Paid dan Organic: Data perilaku pengguna dari AI Max bisa jadi insight berharga buat strategi SEO (organic search) kamu. Jadi, paid dan organic nggak bisa jalan sendiri-sendiri lagi, harus sejalan.
Kesimpulan: Bukan Akhir, tapi Transformasi Era Kata Kunci
Jadi, apakah AI Max ini adalah akhir dari era kata kunci?
Bukan akhir, tapi sebuah transformasi besar. Kata kunci tidak mati, melainkan perannya berevolusi. Mereka kini jadi sinyal awal dan dasar yang akan diperluas dan dipahami lebih dalam oleh AI.
Era periklanan yang baru ini menuntut kita:
- Memahami Niat Pengguna: Bukan cuma kata-kata yang diketik, tapi apa yang sebenarnya mereka cari.
- Fokus pada Kualitas Aset & Data: Berikan “bahan bakar” terbaik untuk AI.
- Beradaptasi sebagai Strategis: Jadilah “pelatih” AI, bukan lagi “tukang ketik” manual.
Jangan sampai ketinggalan roket. Ini bukan waktunya ragu, ini waktunya buat gas dan bereksperimen.
Siap Bertransformasi dengan AI Max? Konsultasikan Strategi Google Ads Kamu dengan Tim Ahli Olakses Sekarang!

Gema is a Digital Marketing Specialist at Olakses with 4 years of experience in the industry. Equipped with strong communication and negotiation skills, Gema excels in creating and executing effective marketing strategies that drive engagement and business growth