Bayangkan besok pagi kamu bangun, buka Tokopedia—error. Cek ChatGPT—gak bisa diakses. Mau buka website kantor—loading terus.
Ini bukan skenario film dystopia. Ini kemungkinan nyata yang bisa terjadi kalau Cloudflare benar-benar diblokir di Indonesia.
Kemarin, 19 November 2025, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) resmi mengirim ultimatum ke 25 platform digital yang beroperasi di Indonesia tapi belum daftar PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik).
Di list itu? ada Cloudflare, ChatGPT, Dropbox, Duolingo, bahkan Wikipedia.
Yang bikin ngeri: Cloudflare bukan sekadar satu platform biasa.
Ini adalah backbone yang menopang sekitar 20% dari seluruh internet di dunia. Kalau Cloudflare diblokir di Indonesia, dampaknya bukan cuma ke satu-dua website. Ini bisa jadi kiamat kecil internet Indonesia.
Mari kita breakdown kenapa ini serius banget.
Apa Itu Cloudflare dan Kenapa Dia Sepenting Itu?
Buat yang belum familiar, Cloudflare itu ibarat satpam + kurir ekspres buat website.
Mereka menyediakan tiga layanan utama:
- Content Delivery Network (CDN) – Bikin website load lebih cepat dengan menyimpan copy konten di server yang lebih dekat dengan user
- DDoS Protection – Melindungi website dari serangan cyber hacker yang bisa bikin server down
- SSL/Security Layer – Enkripsi data dan jaga website tetap aman dari hacker
Skala operasi Cloudflare gak main-main. Menurut data resmi mereka, Cloudflare:
- Melayani 26 juta website di seluruh dunia
- Menangani rata-rata 78 juta HTTP request per detik
- Mengelola traffic untuk 20% dari seluruh internet global
- Punya lebih dari 300 data center di 120 negara, termasuk Indonesia
Dalam konteks Indonesia, banyak platform besar yang infrastructure-nya bergantung pada Cloudflare, mulai dari e-commerce, fintech, media, sampai startup SaaS.
Kenapa Cloudflare Bisa Diblokir?
Ini sebenarnya soal compliance regulasi.
Sejak 2020, pemerintah Indonesia punya aturan: semua platform digital yang beroperasi dan menargetkan user Indonesia wajib daftar PSE. Aturan ini diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2020.
Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, bilang tegas:
“Pendaftaran PSE tidak hanya bersifat administratif, tetapi merupakan instrumen penting untuk memastikan kedaulatan digital Indonesia, serta melindungi masyarakat di dalam ekosistem digital yang sehat dan bertanggung jawab.”
Masalahnya? Cloudflare belum daftar sejak 2020.
Dan sekarang, setelah 5 tahun sosialisasi, pemerintah mulai turun tangan.
Komdigi kasih ultimatum sekitar 2 minggu buat semua platform yang belum daftar. Kalau tetap gak comply, sanksinya adalah pemblokiran akses di Indonesia.
Timing-nya juga ironis. Baru kemarin, 18 November 2025, Cloudflare mengalami global outage yang bikin ribuan website down selama beberapa jam—termasuk X (Twitter), ChatGPT, Spotify, dan bahkan situs pemerintah seperti BMKG.
Gangguan 3 jam aja udah bikin chaos. Sekarang bayangkan kalau akses ke Cloudflare diputus permanen di Indonesia.
Dampak 1: E-Commerce Collapse—Triliunan Rupiah Stuck
Dampak paling langsung? E-commerce lumpuh.
Banyak platform marketplace Indonesia—Tokopedia, Bukalapak, dan ratusan toko online lokal—mengandalkan Cloudflare untuk CDN dan security layer mereka. Kalau Cloudflare diblokir:
- Website e-commerce jadi lambat atau bahkan gak bisa diakses
- Transaksi tertunda atau gagal
- Seller gak bisa upload produk atau kelola toko
- Buyer gak bisa checkout
Industri e-commerce Indonesia sendiri nilainya gak main-main. Menurut data Google, Temasek, dan Bain & Company, GMV (Gross Merchandise Value) e-commerce Indonesia di 2024 mencapai $62 miliar.Itu sekitar Rp 970 triliun per tahun, atau sekitar Rp 2,6 triliun per hari.
Kalau traffic e-commerce terganggu bahkan cuma beberapa persen, kerugian ekonominya bisa ratusan miliar rupiah per hari.
Dampak 2: Fintech & Banking—Transfer Uang Jadi Nightmare
Sektor fintech dan perbankan digital juga bakal kena impact besar.
Banyak aplikasi mobile banking, e-wallet, dan payment gateway pakai Cloudflare untuk:
- Mempercepat load time aplikasi
- Proteksi dari serangan DDoS yang bisa bikin sistem payment down
- Enkripsi transaksi supaya aman dari fraud
Kalau Cloudflare diblokir, user bisa ngalamin:
- Loading time yang lebih lama (frustasi tingkat dewa)
- Error saat proses transaksi
- Delay transfer yang bikin anxiety
- Resiko downtime yang lebih tinggi
Indonesia adalah salah satu market fintech terbesar di Asia Tenggara. Menurut laporan EY, transaksi digital payment di Indonesia di 2024 mencapai $350 miliar atau sekitar Rp 5.500 triliun.
Gangguan kecil aja di sistem payment bisa bikin jutaan transaksi tertunda. Dan itu artinya? Kerugian ekonomi masif + kepercayaan konsumen turun.
Dampak 3: Content Creator & Blogger—Income Hilang
Buat para content creator, blogger, dan digital marketer, ini bisa jadi bencana finansial.
Banyak website dan blog yang pakai Cloudflare untuk:
- Speed optimization (Google ranking factor penting)
- Security protection dari spam dan malicious attack
- SSL certificate gratis (wajib buat website modern)
Kalau Cloudflare diblokir dan mereka gak bisa cepat migrate ke alternatif lain:
- Website jadi lambat → bounce rate naik → traffic turun
- Ranking Google turun karena page speed jelek
- Adsense revenue anjlok
- Affiliate income berkurang drastis
Ada ratusan ribu blogger dan content creator di Indonesia yang bergantung pada website sebagai sumber income. Cloudflare diblokir artinya potensi income loss jutaan rupiah per bulan untuk mereka.
Dampak 4: Startup & SaaS Tools—Produktivitas Lumpuh
Kalau kamu kerja di startup atau perusahaan tech-savvy, bersiaplah buat chaos.
Beberapa tools yang masuk list “belum daftar PSE” dan pakai Cloudflare:
- Dropbox – File sharing & collaboration
- ChatGPT (OpenAI) – AI assistant yang udah jadi kebutuhan daily banyak pekerja
- Canva Pro – Design tool (meski base system mungkin gak kena, tapi CDN bisa terdampak)
- Terabox – Cloud storage
Bayangin kalau semua tools ini tiba-tiba gak bisa diakses atau lambat banget:
- File penting stuck di cloud, gak bisa di-download
- Kolaborasi tim terganggu
- Meeting presentation delay karena asset gak ke-load
- Deadline project mundur
Produktivitas turun = revenue turun. Simple as that.
Dampak 5: Layanan Publik & Government Services Terganggu
Yang paling ironis? Situs pemerintah sendiri juga bisa kena impact.
Kemarin pas Cloudflare global outage, beberapa portal pemerintah Indonesia yang pakai Cloudflare juga sempat down—termasuk situs BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).
Kalau Cloudflare diblokir permanen:
- Info prakiraan cuaca gak bisa diakses real-time
- Portal layanan publik online terganggu
- Sistem informasi disaster management bisa lambat
- Koordinasi saat emergency jadi lebih susah
Di era digital ini, akses informasi cepat itu crucial—apalagi buat negara yang rawan bencana alam kayak Indonesia.
The Real Problem: Single Point of Failure
Sekarang pertanyaan besarnya: Kenapa satu perusahaan aja diblokir bisa bikin chaos massal?
Jawabannya: Over-dependency.
Internet Indonesia—dan bahkan global—terlalu bergantung pada beberapa infrastructure provider besar kayak Cloudflare, AWS (Amazon Web Services), Google Cloud, dan Microsoft Azure.
Ini yang disebut “Single Point of Failure.”
Kayak rumah yang cuma punya satu pintu. Kalau pintu itu ditutup, semua orang gak bisa masuk. Gak peduli seberapa bagus isi rumahnya.
Graeme Stuart, Kepala Sektor Publik di Check Point (perusahaan cybersecurity), ngomongin soal ini pas commenting tentang Cloudflare outage kemarin:
“Gangguan Cloudflare hari ini sejalan dengan pola yang kita lihat pada pemadaman AWS dan Azure baru-baru ini. Platform-platform ini sangat luas, efisien, dan digunakan oleh hampir setiap sendi kehidupan modern.”
Ketergantungan ke satu provider itu efisien, tapi juga berisiko tinggi. Dan sekarang, resiko itu lagi di depan mata.
Apa yang Bisa Terjadi Selanjutnya?
Ada dua skenario yang mungkin terjadi:
Skenario 1: Best Case—Cloudflare Daftar PSE
Cloudflare akhirnya comply, daftar PSE sesuai regulasi Indonesia. Semua berjalan normal. Internet tetap lancar. Bisnis digital aman.
Ini skenario yang paling masuk akal secara bisnis. Cloudflare pasti gak mau kehilangan market Indonesia—negara dengan 277 juta penduduk dan penetrasi internet yang terus naik.
Skenario 2: Worst Case—Cloudflare Diblokir
Cloudflare gak daftar (entah karena masalah compliance policy internal atau alasan lain). Komdigi jalan terus dengan pemblokiran.
Hasilnya:
- Chaos massal di internet Indonesia
- Website-website besar down atau lambat drastis
- Kerugian ekonomi miliaran bahkan triliunan rupiah
- Produktivitas bisnis anjlok
- User frustasi, trust ke platform digital turun
Ini bukan cuma tech crisis. Ini economic crisis.
Takeaway: Ini Bukan Cuma Urusan Programmer
Kalau kamu mikir, “Ah, ini cuma masalah IT doang, gue kan bukan developer”—think again.
Cloudflare diblokir itu impact-nya ke:
- Pedagang online yang jualan di marketplace
- Freelancer yang butuh tools SaaS
- Content creator yang monetize dari blog/website
- Karyawan kantoran yang pakai cloud tools sehari-hari
- Masyarakat umum yang akses layanan digital & informasi publik
Kita semua hidup di digital. Dan internet infrastructure adalah fondasi dari semua itu.
Issue Cloudflare vs PSE ini bukan cuma soal compliance atau kedaulatan digital. Ini soal ketergantungan kita pada sistem yang fragile, dan pentingnya punya backup plan supaya gak lumpuh total kalau satu pintu ditutup.
Apa yang Harus Kamu Lakukan?
Buat pemilik website, startup founder, atau siapapun yang bisnis digitalnya bergantung pada infrastructure:
- Monitor situasi ini closely—ikuti perkembangan apakah Cloudflare bakal daftar PSE atau enggak
- Identify dependency—cek website/tools kamu pakai Cloudflare atau enggak
- Prepare alternative—explore CDN alternatif seperti Akamai, Fastly, atau BunnyCDN sebagai backup
- Diversify infrastructure—jangan taruh semua telur dalam satu keranjang
Buat masyarakat umum:
- Stay informed—share artikel kayak ini supaya lebih banyak orang aware
- Voice your concern—kalau kamu merasa ini issue penting, kasih feedback ke stakeholder terkait
Dan buat pemerintah & Cloudflare:
- Find middle ground—kedaulatan digital penting, tapi jangan sampai korbannya adalah ekonomi digital rakyat
The bottom line: Internet yang kita nikmati setiap hari itu dibangun di atas infrastructure yang lebih fragile dari yang kita kira. Dan sekarang, kita lagi lihat real-time apa yang terjadi kalau salah satu pilar itu goyang.
Semoga Cloudflare dan pemerintah bisa nemuin solusi yang win-win. Karena kalau enggak? Internet Indonesia bakal ngalamin hari yang sangat, sangat panjang.
Disclaimer: Artikel ini ditulis berdasarkan informasi publik yang tersedia hingga 19 November 2025. Situasi bisa berubah seiring waktu.
Mau update terbaru soal digital policy, internet infrastructure, dan strategi digital marketing yang gampang dipahami? Follow Olakses Digital Agency di Instagram @olakses.id








