Tracking Visibilitas AI: Pengalaman Menggunakan Ahrefs Brand Radar

Brand Radar Ahrefs adalah tool pertama yang kasih visibilitas komprehensif tentang bagaimana brand kamu di-cite oleh AI search engines.

Dari analisis UniPin.com, saya menemukan 986 AI Overview mentions dan 1,292 ChatGPT citations, dengan pattern menarik tentang query apa yang trigger brand mentions dan konten mana yang paling sering di-cite.

AI visibility bukan lagi “nice to have”, ini adalah metrik baru yang harus ditrack di 2025. Brand yang tidak monitor AI citations akan kehilangan insight tentang bagaimana audience mereka discover produk.

Kenapa Saya Mulai Tracking AI Citations?

Tiga bulan lalu, saya bertanya pada diri sendiri: “Berapa kali brand kita muncul di ChatGPT?”

Pertanyaan sederhana. Tapi jawabannya? Tidak ada.

Tidak ada di Google Search Console. Tidak ada di Google Analytics. Tidak ada di tool SEO manapun.

Lalu saya menemukan data ini: menurut riset Ahrefs, 47% brand belum punya strategi GEO yang deliberate, padahal AI-assisted search akan mempengaruhi 50%+ consumer queries di 2025.

Ini bukan lagi tentang “apakah AI search akan mengambil alih traditional search.” Ini tentang “bagaimana brand saya muncul di AI search results—dan konten apa yang di-cite?”

Apa Itu Ahrefs Brand Radar?

Brand Radar adalah add-on tool dari Ahrefs yang specifically designed untuk tracking brand visibility di AI search platforms.

Platform yang di-track:

• Google AI Overview
• ChatGPT
• Perplexity
• Gemini
• Copilot
• AI Mode

Database scale: Berdasarkan data Ahrefs, 150+ million prompts across 6 AI indexes.

Yang membedakan dengan tool lain: Brand Radar menggunakan actual questions dari database 110B keyword Ahrefs—bukan synthetic AI-generated prompts seperti kompetitor.

Pricing: Keluar dari beta di Juni 2025, dengan harga $99/bulan per index (atau ambil semua index untuk paket bundling).

Setup Awal: Surprisingly Simple

Yang saya suka dari Brand Radar adalah zero setup required.

Prosesnya straightforward:

1. Masuk ke Ahrefs account
2. Klik Brand Radar di sidebar
3. Input brand name (bisa multiple brand variations)
4. Pilih AI index yang mau di-track
5. Done

Tidak perlu API integration, prompt configuration, atau wait time untuk crawling. Data langsung available.

Untuk testing ini, saya track UniPin.com—salah satu situs top up game online terbesar di Indonesia yang menyediakan voucher game dan digital products.

4 Metrics Penting yang Harus Dipahami

Brand Radar memberikan 4 core metrics yang masing-masing punya makna berbeda:

1. Mentions

Jumlah AI responses yang menyebut brand setidaknya sekali.

UniPin data: 986 mentions di AI Overview, 1,292 mentions di ChatGPT.

Insight: Mention tidak selalu berarti citation dengan link. Ini pure brand awareness di AI responses.

2. Citations

AI responses yang cite brand sebagai source dengan link.

Perbedaan krusial: Citation = authoritative reference. Mention = casual reference.

Pattern yang saya temukan: ChatGPT lebih banyak cite brand dengan link (1.3K citations) dibanding AI Overview (986 total mentions, tapi tidak semua dengan citations).

3. Impressions

Mentions yang dibobot berdasarkan Google search volume untuk estimate potential exposure.

Why it matters: 1,000 mentions untuk query dengan 10 search volume vs 100 mentions untuk query dengan 1,000 search volume = impact berbeda.

Brand Radar automatically weight mentions by search volume sehingga kamu tahu true visibility impact.

4. Share of Voice

Persentase brand impressions dari total impressions untuk responses yang mention tracked brands.

Use case: Competitive benchmarking. Berapa persen “share of mind” brand kamu di AI vs kompetitor?

Insight #1: Apa yang Trigger AI Overview Mentions? (989 Results)

Dari 989 AI Overview results yang mention UniPin, saya menemukan pattern menarik tentang query intent.

Dominant Query Types

Informational “How-To” Queries (≈60%)

Contoh dari screenshot:

• “ff beta testing” (22K volume)
• “sensitivitas ff auto headshot” (16K volume)
• “sensitivitas ff auto headshot 2024” (12K volume)
• “wdp ml” (7.4K volume)

Pattern: Query ini tentang game mechanics, tips, guides—dan UniPin muncul karena konten mereka membahas game-related topics comprehensively.

Takeaway: AI Overview heavily favor educational content yang answer specific user questions.

Transactional Queries (≈25%)

Query yang indicate purchase intent:

• “Top up FF itu apa?” (601K volume!)
• Purchase-related questions tentang voucher

Key finding: Ketika query punya commercial intent, AI cenderung mention brand yang punya transaction capability.

Product Comparison Queries (≈15%)

Query yang compare options atau alternatives.

Insight: Penelitian menunjukkan ini adalah 32.5% dari sources yang di-cite oleh AI systems secara general. Comparative content = citation magnet.

Citation Pattern di AI Overview

Yang menarik: berdasarkan studi dari Search Engine Journal, 91.35% dari news media citations muncul di links section rather than main text of AI responses.

Implication: AI Overview structure-nya layered—main AI-generated answer dan supporting links (di sini sebagian besar citations muncul).

Strategy: Optimasi untuk cited links section, bukan cuma main AI answer.

Insight #2: ChatGPT Citations—1,292 Results, 601K Search Volume

ChatGPT showing patterns yang berbeda dari AI Overview.

Volume Distribution

Top query yang trigger UniPin mention:

• “Apakah bisa beli voucher UniPin di Alfamart?” (601K volume)

Ini adalah single highest-volume query dalam dataset dan ChatGPT give comprehensive answer dengan cite UniPin multiple times.

Response structure yang di-cite:

• Direct answer di awal (“Ya, kamu bisa…”)
• Step-by-step guide
• Multiple product options dengan details
• Ringkasan praktis

Perfect GEO structure: Position Bias ✓, Low Perplexity ✓, Structured Format ✓

ChatGPT vs AI Overview: Key Differences

Implication: Content strategy untuk ChatGPT visibility vs AI Overview visibility should be different.

Insight #3: Content That Gets Cited—Pattern Analysis

Dari kedua platform, saya identifikasi 5 content types yang consistently get cited:

1. Comprehensive Guides (40% of citations)

Contoh: “FF Beta Testing Modfyp: Cara Install, Keunggulan, dan Risikonya!”

Why it works:

• Covers semua angles (cara install, benefits, risks)
• Strukturnya FAQ-friendly
• Addresses user concerns comprehensively

2. Step-by-Step Tutorials (25%)

Contoh: “Cara Download FF Beta Testing Resmi Terbaru 2025”

Citation triggers:

• Numbered steps
• Clear action verbs
• Specific to current year/version

3. Comparison Content (20%)

Contoh: “5 Tips Teratas Untuk Meningkatkan Persentase Headshot Di Free Fire MAX”

Pattern: Lists + superlatives + specific numbers.

4. Technical Specifications (10%)

Contoh: Sensitivity settings, DPI configurations

Why cited: AI systems prioritize factual, technical data untuk certain query types.

5. Transactional Content (5%)

Product pages, pricing, where to buy.

Interesting: Persentasenya kecil, tapi impact-nya huge karena commercial intent tinggi.

Insight #4: Metrics That Actually Matter

Dari dashboard UniPin, ada beberapa metrics yang particularly revealing:

Growth Indicators

• AI Overview: +109 pages cited (dari baseline)
• ChatGPT: +1.3K citations
• Perplexity: +390 mentions
• Gemini: +104 mentions

Trend: Steady growth across all platforms over 6 months.

Implication: AI visibility is compounding—semakin banyak quality content, semakin banyak citations.

Search Metrics Context

• Organic keywords: 31.4K (-100K)
• Organic traffic: 1.4M (-3.4M)
• Top 3 ranking keywords: 6K (-310)

Critical insight: Traditional SEO metrics showing decline, tapi AI visibility metrics showing growth.

What this means: User behavior shifting. Search volume may decline untuk traditional SERP, tapi AI-assisted search is capturing that demand.

7 Actionable Takeaways untuk Brand kamu

Berdasarkan 2,281 AI responses yang saya analisis, here’s what you should do:

1. Audit Your Current AI Visibility

Action: Set up Brand Radar (atau equivalent tool) untuk baseline measurement.

Track:

• Brand mentions vs kompetitor
• Query types yang trigger mentions
• Which pages get cited most

Frequency: Monthly (AI systems update monthly).

2. Optimize untuk Position Bias

What it means: Put direct answers di awal content.

Example structure:

[H1 Title]
[TL;DR Box with direct answer - 50-70 words]
[Detailed explanation]
[Supporting data]

Why: AI systems heavily favor content dengan immediate value delivery.

3. Create Citation-Worthy Statistics

Research finding: Statistics increase AI visibility by 30%.

Action: Include data, numbers, percentages dalam content kamu.

Format tips:

• Use specific numbers (bukan “many” atau “most”)
• Cite authoritative sources
• Update data regularly

4. Leverage Expert Quotes

Research finding: Expert quotes boost AI visibility by 41%.

Implementation:

• Interview industry experts
• Include named sources
• Use direct quotations
• Add credentials

5. Structure Content for Low Perplexity

What it means: Keep sentences under 15 words.

Before: “UniPin menyediakan berbagai macam pilihan voucher game populer termasuk Free Fire, Mobile Legends, PUBG Mobile, dan berbagai game lainnya yang bisa dibeli dengan mudah melalui berbagai channel pembayaran.”

After: “UniPin menyediakan voucher untuk game populer. Termasuk Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG Mobile. Pembelian bisa melalui berbagai channel pembayaran.”

Impact: Easier untuk AI systems to parse dan cite accurately.

6. Monitor Competitor Citations

Brand Radar feature: Competitive brand tracking.

Use case:

• Identify content gaps (kompetitor di-cite, kamu tidak)
• Analyze which competitor pages get cited most
• Reverse engineer their citation strategy

Action: Add 3-5 key competitors ke Brand Radar tracking.

7. Connect AI Visibility to Business Metrics

Critical question: “Apakah AI citations actually drive revenue?”

Data point: AI traffic saat ini 0.1% dari total referral traffic—tapi growing rapidly. Perplexity sudah overtake Gemini sebagai traffic referral source.

Action:

• Set up AI traffic tracking (ChatGPT, Perplexity referrals)
• Monitor conversion rates from AI traffic
• Calculate AI-assisted conversions

Reality check: Jangan over-invest purely for AI visibility. Focus on content yang valuable untuk humans AND citable by AI.

The Bigger Picture: SEO + GEO = How?

Pertanyaan yang sering muncul: “Apakah harus choose antara SEO dan GEO?”

Answer: Tidak.

Data UniPin menunjukkan something important:

• Traditional SEO metrics: Declining
• AI visibility metrics: Growing
• Total brand exposure: Redistributing

Implication: Ini bukan “SEO vs GEO”—ini adalah evolution of search.

Winning strategy:

• Maintain SEO fundamentals (technical excellence, quality content)
• Layer GEO optimization (citation-friendly structure, direct answers)
• Track both traditional + AI metrics
• Optimize untuk visibility across all discovery channels

You need visibility di both.

Limitations & Considerations

Transparency matters. Brand Radar isn’t perfect. Here are limitations saya temukan:

1. Data Sampling

Brand Radar captures significant sample, tapi bukan 100% dari semua AI conversations.

Reality: AI systems are non-deterministic. Same prompt dapat return different citations setiap kali.

Implication: Use data untuk directional insights, bukan absolute numbers.

2. UI Complexity

Dashboard powerful, tapi learning curve exists untuk extract maximum value.

Improvements coming: Topical grouping of prompts untuk better usability.

3. Historical Data

Tool relatif baru, historical data terbatas compared to traditional SEO metrics dengan years of data.

Strategy: Start tracking now untuk build baseline + trend data.

4. Attribution Challenges

Sulit untuk directly attribute revenue to AI citations.

Why: AI traffic often shows as “direct” dalam analytics tools.

Workaround: Custom tracking parameters untuk AI referral sources.

Real Talk: Apakah Worth It?

Short answer: Ya—tapi dengan catatan.

Worth it jika:

• Brand kamu already invested di content marketing
• You have resources untuk track + optimize
• Your industry seeing significant AI-assisted search
• Competitors starting to show up di AI results

NOT worth it (yet) jika:

• kamu pure local business dengan limited online presence
• Your industry belum adopted AI search behaviors
• kamu don’t have content foundation untuk optimize
• Budget sangat limited (prioritize SEO fundamentals first)

My take: This is early innings. AI search adoption akan accelerate. Brands yang start tracking now akan have competitive advantage dengan months/years of data + optimization learnings.

What’s Next: AI Visibility Roadmap

Berdasarkan experience dengan Brand Radar + industry research, here’s roadmap saya recommend:

Month 1-3: Foundation

• Set up tracking across AI platforms
• Establish baseline metrics
• Audit current AI visibility
• Identify top-performing content

Month 4-6: Optimization

• Implement GEO best practices (position bias, low perplexity)
• Create citation-worthy content dengan statistics + quotes
• Test different content structures
• Monitor competitor strategies

Month 7-9: Scale

• Double down on high-performing content types
• Expand coverage across more topics
• Build topical authority
• Track AI-assisted conversions

Month 10-12: Integration

• Connect AI visibility dengan overall marketing metrics
• Calculate ROI dari AI optimization efforts
• Refine strategy based on data
• Plan for next year

Final Thoughts

Setelah menghabiskan waktu menganalisis 2,281 AI responses dan tracking UniPin’s brand visibility, satu hal yang clear:

AI visibility bukan trend, ini adalah fundamental shift dalam bagaimana people discover brands.

Brand Radar memberikan visibility yang previously impossible. Untuk pertama kalinya, marketers bisa answer pertanyaan:

• “Berapa kali brand kita muncul di ChatGPT?”
• “Query apa yang trigger brand mentions?”
• “Konten mana yang paling sering di-cite?”
• “Bagaimana kita compare dengan kompetitor di AI search?”

The opportunity: Sebagian besar brand belum tracking this. Yang start now akan accumulate months of learnings sebelum ini jadi standard practice.

The challenge: AI search masih evolving. Algorithms berubah, platforms baru muncul, user behaviors shifting.

The strategy: Track consistently. Optimize deliberately. Measure impact. Iterate.

Bottom line: You can’t optimize what you don’t measure. Brand Radar gives you measurement. What you do dengan data tersebut—that’s up to you.