AI Overview menciptakan paradoks baru dalam dunia SEO: impressions naik drastis, tapi clicks dan revenue malah turun.
Fenomena ini disebut “mulut buaya”—terlihat lebar dan menjanjikan di Google Search Console, tapi tidak ada yang benar-benar masuk ke website kamu.
Traffic organik turun 10-89% sejak peluncuran AI Overview Mei 2024.
Kalau kamu lihat grafik GSC-mu belakangan ini dan mikir “kok impressions naik tapi revenue stagnan?”, you’re not alone.
Welcome to the crocodile mouth era.
Apa Itu Fenomena Mulut Buaya di Dunia SEO?
Bayangin buaya lagi nganga lebar di pinggir sungai. Mulutnya keliatan gede banget, threatening, bikin orang mikir “wah ini predator bahaya nih.”
Tapi ternyata? Dia cuma lagi regulasi suhu tubuh. Gak ada yang dimakan.
Begitu juga yang terjadi di SEO sekarang.
Google Search Console kamu menunjukkan angka yang “gede”—impressions naik 40%, 50%, bahkan 100%.
Posisi ranking kamu stabil di halaman 1. Tapi ketika kamu cek conversion, revenue, atau bahkan jumlah clicks… anjlok.
Ini bukan bug. Ini bukan salah konfigurasi GSC kamu. Ini adalah fenomena struktural yang diciptakan oleh peluncuran massal AI Overview Google mulai Mei 2024.
Conductor, platform SEO terkemuka, melaporkan bahwa mereka mengalami penurunan traffic hingga 60% pada beberapa halaman setelah AI Overview fully rolled out.
Yang lebih menyakitkan? Traffic settled di angka 25% lebih rendah month-over-month sejak saat itu.
Anatomy “Mulut Buaya” di GSC Kamu
Coba cek Google Search Console kamu sekarang. Filter periode Mei 2024 sampai Oktober 2025. Kamu akan lihat pola yang aneh:
- Impressions: Trend naik (mulut buaya nganga lebar)
- Clicks: Trend turun atau flat (tidak ada yang masuk)
- Average Position: Stabil atau bahkan membaik
- CTR (Click-Through Rate): Turun drastis
Kalau kamu lihat pola ini, selamat—kamu resmi jadi korban fenomena mulut buaya.

Kenapa AI Overview Jadi “Mulut Buaya” yang Makan Traffic Kamu?
Zero-Click Searches Meningkat Drastis
Dulu, orang search di Google → scan results → klik salah satu → baca artikel → satisfied.
Sekarang? Orang search di Google → baca AI Overview → satisfied. Tanpa klik apapun.
Ini yang disebut zero-click search, dan angkanya naik gila-gilaan.
Similarweb melaporkan bahwa zero-click searches meningkat dari 56% menjadi 69% antara Mei 2024 dan Mei 2025.
Artinya? 7 dari 10 pencarian sekarang berakhir tanpa klik ke website manapun.
User dapat jawaban yang mereka butuhkan langsung dari AI Overview. Google mengambil konten dari website kamu, website kompetitor, dan sumber lain, kemudian merangkumnya dalam satu box rapi di atas hasil pencarian organik.
Konten kamu jadi “bahan bakar” AI Overview, tapi traffic-nya? Hilang.
Position Displacement: Organic Results Terdorong ke Bawah
Dulu, ranking #1 di Google itu jackpot. Posisi pertama bisa dapet 28% dari total clicks untuk sebuah keyword.
Sekarang? CTR untuk posisi #1 turun jadi 19%—drop 32% dalam waktu singkat.
Kenapa bisa begitu?
Karena AI Overview sangat besar dan mendominasi layar. Advanced Web Ranking menemukan bahwa AI Overview rata-rata memiliki tinggi 1,674 pixels. Untuk konteks, resolusi layar rata-rata adalah 1920 x 1080 pixels.
Artinya, hampir seluruh layar pertama user dikuasai oleh AI Overview.
Hasil organik pertama? Muncul jauh di bawah, kadang bahkan harus scroll 2-3 kali baru keliatan.
User yang dulunya langsung klik hasil #1 sekarang stuck di AI Overview. Mereka baca summary, satisfied, dan close tab tanpa klik apapun.
User Behavior Berubah Total
Kita lagi menghadapi shift fundamental dalam cara orang mencari informasi.
Survei DailySEO Indonesia menemukan bahwa:
- 40-50% user Indonesia masih menggunakan Google untuk mencari informasi seperti dulu
- 30% sudah lebih sering mencari di AI seperti ChatGPT dibanding Google
- 15-20% mencari informasi melalui media sosial (Instagram, TikTok)
- Sisanya langsung masuk ke website yang dituju (branded search atau direct traffic)
Ini berarti separuh audience potensial kamu sudah tidak search “the old way” lagi. Mereka conversational search dengan AI, atau bahkan skip search engines entirely.
Dan yang masih pakai Google? Mereka kena intercept sama AI Overview.
Double whammy.
Industri Mana yang Paling Kena “Gigitan Buaya”?
Tidak semua industri kena dampak yang sama.
Ada yang tergigit parah sampai revenue anjlok, ada yang relatif safe (for now).
Healthcare & Education: Gigitan Paling Dalam
Studi dari 1 miliar query menemukan bahwa 76% dari healthcare searches memicu AI Overview. Itu berarti 3 dari 4 pencarian kesehatan sekarang langsung dijawab Google—tanpa perlu klik ke Mayo Clinic, WebMD, atau website kesehatan lainnya.
Education bahkan lebih parah.
Case Study: Chegg
Chegg, platform edukasi online yang traffic-nya heavily dependent on homework & study questions, melaporkan penurunan non-subscriber traffic sebesar 49% antara Januari 2024 dan Januari 2025.
Mereka bahkan sampai filing lawsuit ke Google dengan tuduhan bahwa Google menggunakan konten dari publisher edukasi untuk melatih AI yang sekarang langsung compete dengan mereka.
Revenue Chegg anjlok. Saham mereka jatuh.
Ini jadi warning sign buat semua educational content creators: kalau AI bisa replace structured learning platforms, what’s the future for smaller publishers?
Publishing & Media: RIP Ad Revenue
Publisher dan media online yang revenue model-nya dari page views dan ad impressions? Pain-nya real.
DMG Media, yang owns MailOnline dan Metro, melaporkan CTR drop hampir 90% untuk certain searches.
90 persen. Bayangin traffic kamu tinggal 10% dari sebelumnya. Bayangin ad revenue kamu tinggal sepersepuluh. Bayangin harus lay off 90% tim editorial karena revenue gak cukup bayar gaji.
Stuart Forrest, Global Director of SEO di Bauer Media, bilang ke BBC:
“We’re definitely moving into the era of lower clicks and lower referral traffic for publishers.”
Ini bukan temporary dip. Ini new normal.
E-commerce, Tech & Fashion: Tergigit tapi Masih Bisa Survive
E-commerce dan tech brands juga kena dampak, tapi tidak se-brutal healthcare atau education.
Kenapa? Karena commercial intent queries belum se-agresif informational queries dalam memicu AI Overview.
Data menunjukkan bahwa AI Overview triggered di 8.69% commercial queries—jauh lebih rendah dibanding informational queries yang mencapai 99.2% untuk “what is” type questions.
Tapi jangan santai dulu. Google terus expand AI Overview coverage. Yang hari ini safe, bisa jadi besok already dominated by AI.
Finance: Relatively Safe (For Now)
Industri finance relatif lebih aman, setidaknya untuk saat ini.
Hanya 17% dari finance searches yang trigger AI Overview, compared to 76% di healthcare.
Kemungkinan karena Google lebih hati-hati dengan YMYL (Your Money Your Life) topics.
Financial advice yang salah bisa bikin orang bangkrut. Health advice yang salah bisa bikin orang mati.
Google gak mau tanggung liability, jadi mereka masih konservatif dengan AI Overview di vertical ini.
Tapi sekali lagi: jangan terlalu comfortable. AI terus belajar, terus improve, dan coverage-nya akan terus meluas.
Data Shocking: Seberapa Parah Dampak “Mulut Buaya” Ini?
Angka-angka berikut ini bukan prediksi. Ini data real dari berbagai studi independen dan case studies:
Traffic Loss: 10-89%
Studi komprehensif menunjukkan bahwa organic traffic losses berkisar antara 10-30% secara rata-rata, dengan beberapa sites mengalami drops hingga 50-60% (atau bahkan lebih) untuk certain queries.
Worst case scenario? 89%. Yang artinya dari 100 visitors sebelumnya, sekarang cuma dapet 11.
CTR Drop: 32% untuk Posisi #1
Ini yang paling menyakitkan.
Dulu, kalau kamu ranking #1, kamu dapat 28% dari total clicks untuk keyword tersebut. Sekarang? Hanya 19%.
Drop 32% dalam waktu singkat.
Dan ini bukan karena kompetitor kamu tiba-tiba jadi lebih bagus. Ini karena AI Overview literally stealing your clicks.
93% AI Overview Links Bukan dari Top 10 Organic
Plot twist yang bikin traditional SEO strategy obsolete:
Lebih dari 93% link yang muncul di AI Overview datang dari luar top 10 search results.
Artinya? Ranking #1 di organic bukan guarantee kamu bakal di-cite sama AI Overview.
AI punya kriteria sendiri dalam memilih sumber. Dan kriteria itu tidak selalu aligned dengan traditional ranking factors.
Dalam satu studi, SGE (Search Generative Experience, predecessor AI Overview) muncul untuk 87% tested searches, tapi hanya 4.5% dari AI-generated links yang match dengan first-page organic results.
Game has changed, fundamentally.
The Pew Research Center Study: Hard Data
Pew Research Center melakukan analisis rigorous dengan tracking 68,000 real search queries dari 900 U.S. adults.
Hasilnya?
- Users clicked on results 8% of the time ketika AI summary muncul
- Users clicked 15% of the time ketika tidak ada AI summary
- Itu adalah 46.7% relative reduction dalam click-through
Ini bukan survey opinion. Ini actual user behavior data.
Case Study: HubSpot—The Giant That Fell
HubSpot, company yang literally built their brand on SEO, mengalami penurunan traffic 75% di tahun 2024.
Traffic mereka sempat mencapai 24 million hits per month. Sekarang? Crashed.
Kalau raksasa seperti HubSpot yang punya resources unlimited, expertise tinggi, dan brand recognition strong aja bisa jatuh—apa jadinya small to medium businesses?
Gimana Caranya Diagnosa “Mulut Buaya” di Website Kamu?
Sebelum kamu panic dan overhaul seluruh strategi SEO, pastikan dulu kamu beneran kena fenomena mulut buaya—bukan issues lain seperti technical errors atau algorithmic penalties.
Checklist GSC: 4 Red Flags
Buka Google Search Console kamu. Pergi ke Performance Report. Set periode ke Mei 2024 – sekarang. Lalu cek 4 hal ini:
1. Impressions Naik, Clicks Flat atau Turun?
Kalau kamu lihat impressions terus naik (grafik trending upward) tapi clicks tidak mengikuti atau bahkan turun, red flag #1.
Ini berarti konten kamu “dilihat” lebih banyak orang di search results (atau lebih tepatnya, di AI Overview), tapi mereka tidak klik.
2. Average Position Stabil/Naik tapi CTR Turun?
Kalau average position kamu stabil di posisi 1-5, atau bahkan membaik, tapi CTR-mu turun drastis—red flag #2.
Ini paradoks yang tidak mungkin terjadi di era pre-AI Overview. Better position seharusnya equal better CTR. Kalau tidak, ada yang intercept user journey kamu.
3. Traffic Drop Dimulai Sekitar Mei 2024?
AI Overview fully rolled out di Mei 2024. Kalau kamu lihat traffic drop atau CTR decline yang coincide dengan timeline ini—red flag #3.
Check apakah ada Google algorithm update lain di periode yang sama. Kalau tidak ada, kemungkinan besar ini AI Overview effect.
4. Konten Informational Paling Kena Dampak?
AI Overview paling agresif untuk informational queries—”what is,” “how to,” “why does,” etc.
Kalau pages yang paling kena dampak adalah artikel-artikel educational, how-to guides, atau explainer content—red flag #4.
Commercial queries (dengan buying intent) biasanya tidak se-aggressive.
Step-by-Step Diagnosis
Step 1: Buka GSC Performance Report
Step 2: Filter periode Mei 2024 – Oktober 2025
Step 3: Klik tab “Queries” dan sort by Impressions (descending)
Step 4: Identify queries dengan high impressions, low clicks
Step 5: Google masing-masing query tersebut secara manual
Step 6: Check apakah query tersebut memicu AI Overview
Step 7: Kalau mayoritas high-impression queries kamu memicu AI Overview dan punya low CTR—congratulations, kamu confirmed kena fenomena mulut buaya.
Step 8: Screenshot everything! Ini data penting untuk present ke stakeholders atau clients.
Diferensiasi: AI Overview vs Algorithm Update
Kadang sulit bedain apakah traffic drop karena AI Overview atau karena algorithm update (seperti Helpful Content Update, Core Update, dll).
Berikut cheat sheet-nya:
AI Overview Effect:
- Impressions naik, clicks turun
- Position stabil atau naik, tapi CTR turun
- Drop mainly di informational queries
- Timeline match dengan Mei 2024 rollout
Algorithm Update Effect:
- Impressions dan Clicks turun bersamaan
- Position turun significantly
- Affect various query types
- Timeline match dengan announced Google updates
Kalau masih bingung, cek Google’s list of ranking updates untuk pastikan tidak ada major algorithm change di periode yang sama.
Strategi Keluar dari “Mulut Buaya”: Survive & Thrive di Era AI Overview
Oke, situasinya sucks. Traffic turun, revenue turun, stakeholders panic. Sekarang gimana?
Good news: Ini bukan game over. Ini level baru yang butuh strategy baru.
Bad news: Kalau kamu masih pakai playbook lama (keyword stuffing, backlink spamming, thin content untuk traffic arbitrage), you’re dead in the water.
#1 Shift Mindset: Dari Traffic-Centric ke Conversion-Centric
Ini yang paling penting dan paling susah: mengubah mindset.
Selama ini kita diajarin bahwa traffic is king. Semakin banyak traffic, semakin bagus.
KPI SEO kita diukur dari ranking, organic sessions, page views.
Era itu sudah berakhir.
Sekarang, kamu bisa ranking #1, dapet 100,000 impressions sebulan, tapi kalau clicks-nya cuma 2,000 dan conversion-nya cuma 10—kamu bangkrut.
Rand Fishkin, Co-founder SparkToro, bilang:
“Jangan terpaku pada traffic semata. Fokus pada brand visibility, mentions di LLM outputs, dan kontribusi terhadap revenue atau leads.”
Ini shift yang fundamental. Dari volume to value.
Old KPI vs New KPI:
Old Metrics (Traffic-Centric) | New Metrics (Conversion-Centric) |
---|---|
Total organic traffic | Qualified leads generated |
Ranking position | AI Overview citations |
Page views | Revenue per visitor |
Bounce rate | Conversion rate |
Time on site | Customer acquisition cost |
Mulai sekarang, KPI SEO kamu harus tied directly to business outcomes.
Berapa leads yang masuk? Berapa yang jadi customers? Berapa rupiah revenue yang dihasilkan organic channel?
Kalau stakeholders masih tanya “kenapa traffic turun?”, educate mereka. Show them the data.
Explain the crocodile mouth phenomenon. Then pivot the conversation to what actually matters: revenue impact.
#2 Optimize untuk Jadi Sumber AI Overview (GEO Strategy)
Kalau kamu gak bisa beat them, join them.
AI Overview akan cite sumber-sumber tertentu. Dan being cited di AI Overview = visibility baru yang potentially lebih valuable dari ranking #1.
Kenapa? Karena AI Overview muncul di atas segala-galanya. Kalau brand kamu di-mention di sana, trust dan authority kamu meningkat di mata user—even if they don’t click.
Ini yang disebut GEO (Generative Engine Optimization) strategy.
Taktik Konkret:
A. Position Bias: Jawaban Inti di Awal
AI suka konten yang straight to the point. Jangan bikin user (dan AI) scroll atau baca 5 paragraf dulu baru dapet jawaban.
Format ideal:
- Paragraf pertama: Direct answer dalam ≤15 kata per kalimat
- Paragraf kedua: Expand dengan context
- Paragraf selanjutnya: Deep dive details
Contoh buruk:
“Dalam dunia digital marketing yang terus berkembang pesat, banyak sekali tools yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Salah satunya adalah…”
Contoh bagus:
“Semrush adalah all-in-one SEO tool untuk keyword research, competitor analysis, dan rank tracking. Platform ini digunakan 10 juta+ marketers globally.”
B. Low Perplexity: Bahasa Simple & Scannable
AI trained on clear, concise language. Jangan pakai kalimat panjang dan bertele-tele.
- Satu kalimat maksimal 15 kata
- Satu paragraf maksimal 3-4 baris
- Hindari jargon kecuali necessary (dan kalau pakai, define immediately)
- Gunakan bullet points dan numbered lists
C. Statistics: Data Konkret di Every Section
AI loves data. Angka, persentase, dates, metrics—semua itu increases your citability.
Instead of:
“Banyak website mengalami penurunan traffic karena AI Overview.”
Say:
“Traffic organik turun 10-30% rata-rata sejak AI Overview launched Mei 2024, dengan beberapa sites mengalami drops hingga 89%.”
Include sources untuk every statistical claim. AI prioritizes authoritative, well-cited content.
D. Quotation: Cite Sumber Resmi dengan Format Jelas
Format citation yang AI-friendly:
“Menurut Pew Research Center (2025), users clicked on results 8% of the time ketika AI summary muncul, compared to 15% tanpa AI summary.”
Jangan cuma bilang “according to a study” atau “research shows.” Be specific. Name the source, include the year, link ke original research.
E. Structured Data: Schema Markup
Implement schema markup untuk FAQ, How-To, Article, dan Dataset.
Ini literally tells AI (dan Google) tentang struktur konten kamu. Increases the chance konten kamu di-parse correctly dan included di AI Overview.
Tools untuk generate schema: Schema.org, Google’s Structured Data Markup Helper, atau plugins seperti Yoast/RankMath kalau pakai WordPress.
#3 Diversifikasi Channel: Jangan Taruh Semua Telur di Satu Keranjang
Kalau 80% traffic kamu dari Google organic dan sekarang turun 50%, kamu kehilangan 40% total traffic.
Kalau traffic kamu distributed across multiple channels—organic, social, email, referral, direct—impact-nya jauh lebih manageable.
Channel Expansion Strategy:
A. LinkedIn & Instagram: Organic Reach Masih Strong
Social media, especially LinkedIn dan Instagram, masih punya organic reach yang bagus—especially untuk B2B (LinkedIn) dan lifestyle/visual brands (Instagram).
Post consistently. Share insights, case studies, behind-the-scenes. Build community.
Bonus: Google sekarang indexing Instagram posts. Ada opportunity baru di sini untuk leverage Instagram as a search-optimized content platform.
B. YouTube & TikTok: Visual Search Emerging
Video content becoming increasingly important. Google showing more video results. AI starting to parse video transcripts.
Create YouTube videos atau TikToks yang complement blog content kamu. Repurpose written content into video format.
C. Newsletter: Direct Connection dengan Audience
Email list adalah aset yang kamu own. Google bisa change algorithm sesuka hati, but they can’t take away your email subscribers.
Build newsletter. Deliver value consistently. Ketika organic traffic turun, kamu masih punya direct line ke audience.
D. Community Building: Forum, Telegram, Discord
Communities are the new search engines. People ask questions di Slack channels, Discord servers, atau WhatsApp groups—bukan di Google.
Build atau join communities di niche kamu. Be helpful. Answer questions. Establish authority.
#4 Create Deep, Expert-Driven Content
AI bagus untuk surface-level information. Tapi untuk deep insights, expert opinions, dan original research—AI masih kalah.
What Works Now:
Bottom-Funnel Content dengan Insight Mendalam
Instead of “What is SEO” (top-funnel, generic), create “How We Scaled Organic Traffic 300% in 6 Months for E-commerce Brand [Case Study]” (bottom-funnel, specific).
User yang sampai ke konten bottom-funnel adalah high-intent users. Mereka closer to conversion. Traffic-nya mungkin lebih sedikit, tapi quality dan conversion rate jauh lebih tinggi.
Expert Opinion & Original Research
AI can’t replicate human expertise and original research.
Conduct surveys di industry kamu. Publish data. Share unique insights yang tidak tersedia di tempat lain.
Contoh: Artikel ini menggunakan data dari multiple sources, tapi framing “fenomena mulut buaya” adalah original angle yang belum dibahas extensively di Indonesia.
Interactive Content: Calculator, Quiz, Tools
Build interactive tools yang provide value.
Contoh:
- SEO ROI Calculator
- Website Speed Test Tool
- Keyword Difficulty Analyzer
User perlu interact dengan tools ini—AI can’t replicate that experience. Dan kalau tool kamu valuable, people akan bookmark dan return.
Video & Multimedia Format
Long-form video content (webinars, interviews, tutorials) provides depth yang AI summaries can’t replicate.
User yang mau deep-dive akan prefer video atau comprehensive guides dibanding AI Overview snippets.
What Doesn’t Work Anymore:
- Top-funnel generic content (“What is X”, “X Definition”)
- Keyword-stuffed articles tanpa real value
- Thin content created purely for traffic arbitrage
- Listicles tanpa original insights (“10 Ways to…”)
#5 Focus on Brand Building
Di era AI Overview, brand matters more than ever.
Kenapa?
- Branded search tidak terpengaruh AI Overview. Kalau orang search “[Your Brand Name]”, they want to go to YOUR site. AI Overview won’t intercept that.
- Brand mentions di LLM output = visibility baru. Ketika ChatGPT atau Claude mention brand kamu sebagai “top choice” atau “leading solution,” that’s powerful social proof.
- Direct traffic naik ketika brand strong. People skip search entirely dan langsung ke website kamu kalau they already know dan trust your brand.
Brand Building Tactics:
A. Thought Leadership
Publish insights di LinkedIn. Write guest posts di industry publications. Speak di conferences dan webinars.
Jadi the name yang people think of ketika mereka butuh expertise di niche kamu.
B. Community Presence
Active di komunitas industry. Answer questions di Reddit, Quora, industry forums.
Be genuinely helpful tanpa spam. Build reputation sebagai subject matter expert.
C. PR & Media Coverage
Get featured di media publications. When journalists write about your industry, be the expert they quote.
Media mentions = backlinks + brand awareness + authority signals.
D. Partnerships & Collaborations
Partner dengan complementary brands atau influencers di niche kamu.
Co-create content. Cross-promote. Leverage each other’s audiences.
Tools untuk Monitor “Mulut Buaya” di Website Kamu
Kamu gak bisa improve what you don’t measure. Berikut tools yang perlu kamu pakai untuk monitor AI Overview impact:
Free Tools
1. Google Search Console (Wajib!)
Primary tool untuk diagnose crocodile mouth phenomenon.
Metrics yang perlu dimonitor:
- Impressions vs Clicks trend
- CTR by query type (informational vs commercial)
- Position vs Traffic correlation
- Pages most affected
2. Google Trends
Track shifts dalam search behavior. Compare traditional keywords vs conversational/question-based queries.
3. Manual AI Overview Check
Literally Google your target keywords dan check apakah AI Overview muncul.
Tedious, tapi necessary untuk understand competitive landscape.
Paid Tools (Worth the Investment)
1. Semrush AI Toolkit ($99/bulan)
Coverage: ChatGPT, Claude, Gemini
Features:
- Track brand mentions di AI outputs
- Competitor analysis
- AI Overview monitoring
Cocok untuk: Agency atau in-house team yang butuh comprehensive data.
2. Profound ($499/bulan)
Coverage: ChatGPT, Perplexity, AI Overviews
Features:
- Real-time tracking
- Enterprise features
- Custom reporting
Cocok untuk: Brand besar yang seriously invest di AI optimization.
3. Ahrefs
Meskipun bukan AI-specific tool, Ahrefs berguna untuk:
- Track overall organic visibility
- Monitor traffic patterns
- Identify which pages losing traffic
Metrics to Watch
Jangan cuma lihat vanity metrics. Focus on metrics yang tied to business outcomes:
1. Qualified Leads Generated
Berapa leads yang masuk dari organic channel?
2. Conversion Rate from Organic
Dari semua organic visitors, berapa persen yang convert?
3. Revenue per Organic Visitor
Berapa rupiah yang dihasilkan tiap visitor dari organic?
4. Customer Acquisition Cost (CAC)
Berapa biaya untuk acquire satu customer via organic vs paid channels?
5. Brand Search Growth
Apakah branded searches kamu naik? Ini indicates growing brand awareness.
6. AI Overview Citations
Berapa kali brand atau content kamu di-cite di AI Overviews?
Track metrics ini monthly. Present ke stakeholders. Show them the full picture, not just traffic numbers.
Masa Depan SEO: Bersiap untuk “Buaya” yang Lebih Besar
Kalau kamu pikir fenomena mulut buaya sekarang sudah challenging, buckle up.
Ini baru permulaan.
Prediksi 2025-2027: The LLM Takeover
Semrush memprediksi bahwa traffic dari Large Language Models akan overtake traditional Google search di akhir 2027.
That’s less than 3 years away.
Artinya? Mayoritas orang akan cari informasi lewat ChatGPT, Claude, atau Perplexity—bukan Google. Dan kalau konten kamu gak AI-friendly, you’re invisible.
What to Prepare:
1. Invest in GEO Strategy NOW
Jangan tunggu sampai traffic kamu benar-benar collapse. Start optimizing untuk AI citations sekarang.
2. Build Strong Brand Equity
Brand yang kuat akan survive apapun yang terjadi dengan search algorithms. Focus on building trust dan authority.
3. Diversify Traffic Sources
Don’t put all your eggs in one basket. Expand ke social media, email, community, video platforms.
4. Focus on Bottom-Funnel Conversion
High-intent users yang eventually click adalah gold. Optimize conversion rate, bukan cuma traffic volume.
Jangan Jadi Korban “Mulut Buaya”—Saatnya Adapt atau Punah
Gue tau apa yang kamu rasain sekarang.
Kamu bangun SEO strategy dari nol. Riset keyword berjam-jam. Nulis konten berkualitas. Hunting backlink. Optimasi technical SEO sampai perfection. Dan akhirnya—BOOM—ranking #1.
Kamu lihat impressions di GSC naik terus. Grafik trending upward. Rasanya kayak “yes, hard work is paying off!”
Terus kamu cek clicks. Kamu cek conversion. Kamu cek revenue.
Flat. Atau bahkan turun.
“What the hell is going on?”
Kamu refresh GSC. Mungkin error. Mungkin data delay. Tapi besoknya sama aja. Minggu depan masih sama. Bulan depan makin parah.
Kamu mulai panik. “Apakah ada yang salah dengan website gue? Technical issue? Algoritma penalty? Kompetitor nyerang?”
Kamu hire agency. Audit technical SEO. Semuanya hijau. No errors. No penalties.
“Then why is my traffic dying?”
Jawabannya: You’re not dying. You’re being eaten by the crocodile.
Fenomena mulut buaya ini bukan temporary glitch. Ini bukan bug yang bakal di-fix sama Google next month. Ini adalah fundamental shift dalam cara search engine bekerja dan cara user consume information.
Google berubah dari “search engine” jadi “answer engine.” Mereka tidak lagi cuma ngasih kamu daftar 10 blue links. Mereka directly answer user questions dengan AI Overview—menggunakan konten kamu, konten kompetitor, konten siapapun yang mereka anggap relevant.
Dan user? Mereka happy. Mereka dapat jawaban lebih cepat. Lebih convenient. Mereka gak perlu klik 5 website berbeda, baca 5 artikel panjang, dan synthesize sendiri informasinya.
Tapi kamu? Kamu kehilangan traffic. Kehilangan revenue. Kehilangan business.
Sekarang kamu punya dua pilihan:
Pilihan A: Denial dan Keep Doing the Same Thing
“Ini cuma temporary. Traffic bakal bounce back. AI Overview bakal di-remove karena publishers protest. Google bakal revert back to old ways.”
Spoiler alert: They won’t.
Google udah invest billions of dollars di AI. Mereka tidak akan mundur. AI Overview akan terus expand. Coverage akan makin luas. Features akan makin advanced.
Kalau kamu keep doing what you’re doing—chasing traffic volume, optimizing untuk old metrics, berharap things go back to “normal”—kamu akan jadi korban extinction.
Pilihan B: Adapt dan Evolve
Accept reality. Understand the new game. Learn the new rules. Then play better than anyone else.
Shift dari traffic-centric ke conversion-centric. Optimize untuk AI citations. Build strong brand. Diversify channels. Create deep, expert-driven content yang AI can’t replicate.
Ini bukan easy path. Ini butuh mindset shift yang fundamental. Ini butuh effort lebih. Ini butuh courage untuk abandon strategies yang udah proven work di masa lalu.
Tapi ini the only path forward.
Impressions naik itu ilusi kesuksesan. Itu mulut buaya yang nganga lebar—keliatan impressive, tapi nothing actually coming in.
Yang matter bukan berapa banyak orang “melihat” website kamu di search results. Yang matter adalah:
- Berapa banyak qualified leads yang masuk?
- Berapa yang jadi paying customers?
- Berapa rupiah revenue yang kamu hasilkan?
Kalau impressions kamu 1 juta tapi revenue cuma 10 juta, dan kompetitor impressions-nya cuma 100 ribu tapi revenue 50 juta—siapa yang winning?
Focus on outcomes, not vanity metrics.
The crocodile mouth is here. It’s real. It’s not going away.
Tapi kamu gak harus jadi mangsa.
Kamu bisa adapt. Kamu bisa evolve. Kamu bisa thrive di era AI Overview—kalau kamu willing to change.
Stop chasing traffic yang meaningless. Start building strategy yang drive real business results.
Welcome to the new era of search. Welcome to the crocodile mouth.
Sekarang pilihan di tangan kamu: dimakan, atau evolve jadi predator yang lebih ganas?
Butuh Bantuan Survive Era AI Overview?
Di Olakses, kita specialize dalam Generative Engine Optimization (GEO)—strategi content yang human-engaging DAN AI-citable.
Kita udah bantu puluhan brands adapt ke era AI search dengan strategi yang concrete, measurable, dan drive revenue—bukan cuma traffic.
Kalau kamu:
- ✅ Lihat impressions naik tapi clicks turun
- ✅ Revenue stagnant atau turun despite “good” SEO metrics
- ✅ Bingung gimana optimize untuk AI Overview
- ✅ Butuh strategy yang proven work di 2025
Let’s talk. Book consultation dengan tim Olakses, dan kita bakal audit situation kamu, identify opportunities, dan build action plan yang tailored untuk business goals kamu.
Jangan tunggu sampai traffic kamu benar-benar collapse. Act now.

Bram is an SEO Specialist at Olakses with a background in Software Engineering and 10 years of experience in the field. His technical expertise and in-depth understanding of search engine algorithms enable him to develop strategies that drive organic growth and improve website performance